Wow..bos nihh yang foto di atas , mobilnya aja keren banget. Pasti bisnisnya bonafid dan tidur diatas kasur empuk dengan rumah mewah dan saldo rekening di ATM nol nya banyakkkkk. Nol nya aja yg banyak tapi ujung depannya tetap NOL...wkwkwkwkw...hushhh negatif banget kamu, gak boleh itu..harus bermental orang kaya dong ! Selamanya kamu gak akan pernah berhasil jadi orang kaya kalau terus nyinyir begitu. Wew...itulah yang saya dapatkan saat berkomentar di salah satu medsos yang memosting video tentang bisnis tak jelas namun bagi sebagian pemimpi, gambar bersama mobil mewah adalah target yang harus dicapai. Ini kalau dipelajaran jaman SMA dulu sangat mirip dengan ekonomi KAPITALIS.
Dalam sebuah video yang disampaikan oleh seorang youtuber baru namum lumayan bagus, guru gembul namanya, beliau menyatakan bahwa "Orang miskin itu tetap miskin karena tidak bisa mengatur keuangannya. Jadi tak ada pemberi kerja, bank, atau investor yang percaya ke dia kalau gaji, pinjaman atau investasi akan menghasilkan timbal balik ekonomi ke pihak lain (yang bekerjasama) dengan orang miskin itu ". Gojek dan perusahaan start up yang baru mulai, akan membakar uang mereka untuk mendapatkan image positif di awal berdirinya, gak mungkin dong ada usaha start up yang hanya kantornya kecil dan terlihat lusuh (kecuali produknya memang revolusioner), dilirik oleh pihak investor atau bank yang akan melakukan kerjasama finansial.
Tiga orang diatas, ajik khrisna dari bali, rafi ahmad dan nagita merupakan contoh sukses dari bisnis model seperti ini. Mereka pebisnis yang sangat lihai dalam memanfaatkan momentum investasi era kapitalis, walau sering kali ajik khrisna sang pemilik jaringan bisnis bermerek khrisna di bali menyangkal model itu dan bersikukuh kalau bisnis dia merupakan bisnis murni dari modal dan keringatnya sendiri. Tapi bagi orang yang sudah berkecimpung di dunia investasi pasti nyengir aja mendengar pernyataan dia, ya jelas itu haknya dia berkata demikian. Karena salah satu strategi meyakinkan investor adalah menjual keyakinan bahwa uang investasi yang bakal investor berikan akan dikelola dengan baik dan menghasilkan keuntungan tentunya.
Salah satu investor yang sering saya lihat bekerjasama dengan ajik khrisna adalah raffi ahmad, sejak dulu jaman rafi masih rajin di sinetron rafi sudah sering sharing foto kebersamaan mereka mengulik mobil-mobil mewah. Secara tidak langsung pergaulan rafi yang luas di kalangan jetset di jakarta akan berdampak pada bisnis ajik khrisna, setidaknya itu yang saya liat. Sekali lagi ajik khrisna tidak pernah mengakui kalau bisnis nya berasal dari investasi kaum selebritas di ibukota, namun secara nyata terlihat bisnis oleh-oleh dan tempat wisata yang dikelola ajik tidak sebegitu rame walau heboh dibicarakan orang, apalagi barang yang dijual adalah produk yang sederhana dari UMKM di Bali. Dengan pengelolaan keuangan yang ala pengusaha tionghoa ini menjadikan ajik terlihat "sangat kaya" di mata umum. Karyawannya berjumlah ribuan harus digaji tiap bulan, dan orang gak bakalan perduli hitungan berapa pengeluaran tiap bulan dari usahanya karena dalemannya ya hanya ajik dan manajemen khrisna yang tahu, masyarakat umum hanya tahu ajik ini "kaya raya".
Masa kecil penulis langsung terbayang-bayang kalau melihat foto diatas, ya karena lokasinya tepat berada di depan rumah keluarga besar di seririt bali. Tempat itu dalam memori saya tahun 80an, adalah hamparan sawah yang kalau penulis sedang berlibur dirumah kakek, ada kali irigasi yang airnya jernih dan enak buat buang hajat , maklum kakek orang udik yang rumahnya gak punya WC...ahhh sekarang oleh ajik krisna disulap dan dijadikan taman, walau taman ini agak sepi setidaknya kalau saya pulang kampung jadi tempat berfoto yang keren. Ajik krisna juga punya memori kurang beruntung dengan desa tangguwisia ini, karena sampai sekolah SMP hidupnya jauh dari layak disana. Keluarga saya sangat mengenal ajik kecil, yang harus ikut menjadi buruh bersama ibu nya , itu yang sering diceritakan tante saya kalau flashback ke masa ajik di desa itu. Lalu nasib memang berpihak pada ajik yang merantau ke selatan bali dan menemukan keberuntungan di bisnis konveksi, dan kini super kaya sampai menyumbang banyak ke pembangunan desa di bali utara ini.
Penulis sering berkeliling Indonesia, bukan naik harley seperti gambar diatas ya, karena saya sangat mencintai angkutan umum. Kereta api - bajaj - pete pete - bemo -bus , saya lebih menikmati suasana, nuansa dan aroma dari angkutan umum. Bahkan saat modernisasi kereta api saya sangat menolaknya karena ada yg hilang dari kenikamatan berjejalan didalam, duduk diemperan sambil merokok, dan membeli makanan khas tiap stasiun pemberhentian menunggu kereta argo lewat duluan. Dan yang sangat saya sedihkan perbedaan keliling luar jawa tahun 2000an dibandingkan tahun 2015 keatas, jauh berbeda karena umumnya keluarga kini sudah punya mobil ! Jadi angkutan umum ditinggalkan dan terminal pun jadi sepi, terpaksa deh kalau keliling di sulawesi harus sewa mobil 500rb 12 jam, padahal dulu naik pete-pete dan bus umum cukup 50 rb sudah seharian itu bisa keliling. Ironi bagi saya tapi bagi kapitalis otomotif ini sangat menguntungkan. Ya terbukti dengan outlet Auto 2000 NV Kalla di sulawesi yang semakin banyak dibandingkan terminal angkot nya.
Akhir kata, Indonesia semakin condong menjadi kapitalis meniru negara barat. Mengandalkan lirikan investor yang akan membuat orang yang bisa terlihat "prospek bagus" akan mendapatkan cipratan dana yang mulus, sedangkan para pengusaha lusuh ditinggalkan dan termarjinalkan. Ahhhh kamu terlalu KIRI ....begitu teman saya nyeletuk saat saya ajak diskusi...komunis sudah mati brooo ! Asem...
Tidak ada komentar:
Tulis komentar